...
Suatu senja, beberapa menit menjelang sholat maghrib, sebuah pesan singkat muncul di layar hape.
"may I tell u bout 'something wrong' with me?"
"am i ever reject?"
Lalu pesan singkat berhamburan, bertubi-tubi, panjang dan haru. Butuh waktu lebih dari satu jam untukku --setelah sholat, tentu saja-- membalas curahan hati teman yang kerap berselisih paham denganku ini :)
Diakhir 'obrolan' ia menuliskan pesan manis;
"thanks to be my friend, even u're so busy..eh sok busy..qiqiqi"
"qiqiqi juga...*sambil asah golok*.."
...
Seorang teman, seusil dan seiseng apapun dia, tetap saja kita butuhkan kehadirannya. Seperti temanku yang satu ini, yang seringkali pendapatnya berseberangan denganku. Kalau menurutku yang baik itu A, hampir pasti ia mengcounter dengan mengatakan bahwa yang ideal adalah B. Lalu kami berdebat sengit mempertahankan pendapat masing-masing. Dan itu kami lakukan sambil bersandar di pintu gerbang rumahku, karena ia enggan meninggalkan bayi mungilnya yang sedang terlelap di mobil.
Senja itu, tanpa kuduga ia menangis pilu --aku tahu dari isi pesannya-- tentang 'hal-hal diluar kendali' yang terjadi padanya beberapa waktu terakhir. Tentang bagaimana ia harus berjibaku berdamai dengan hati kecilnya yang berontak. Tentang perjuangannya menerima semua yang terjadi dengan ikhlas dan sabar. Lebih dari itu semua, aku melihatnya sebagai perjuangan seorang wanita dalam mempertahankan harga dirinya. Sesuatu yang tidak mudah.
...
Setiap orang yang sedang mengalami guncangan, dan berjuang untuk tetap tegar menghadapi cobaan, pasti sangat membutuhkan dukungan.
Aku mengibaratkan orang-orang dalam situasi ini seperti sebatang pohon ditengah savanah. Seorang diri berjuang menghadapi hempasan angin dan terpaan badai. Kalau beruntung dia akan selamat. Tapi kalau nasib baik tidak berpihak padanya, maka ia akan tumbang dan hancur.
Pada saat-saat seperti ini, dukungan dari orang-orang terdekat sangat berarti. Meski hanya sekedar atensi semu --kan cuma lewat SMS-- tapi aku berharap bisa sedikit meringankan beban teman terdekatku ini. Ia selalu datang pada saat kritis, saat dirinya sudah sangat terpuruk, dan tidak ada yang bisa kuperbuat selain memberikan dukungan penuh. Memberikan pelukan penguatan, dan berharap itu bisa sedikit meringankan dan menyembuhkan luka hatinya...
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar