Senin, 30 Juli 2012

Ramadhan Tanpa Petasan

Setelah Ramadhan berjalan sekian hari, seperti ada yang hilang dari rutinitas makan sahurku; suara petasan. Tahun-tahun sebelumnya, makan sahur dengan mata masih setengah mengantuk, ditemani acara tivi yang gak bagus-bagus amat, terasa sekali nikmatnya karena telingaku masih menangkap suara petasan bersahutan di kejauhan.

Karena posisi rumahku yang menghadap dua jalur tol dan dua jalan raya, suara petasan yang menggema menjadi semacam oase, selingan diantara bising lalu lintas. Apalagi aku punya kebiasaan membuka semua pintu dan jendela saat makan sahur, meskipun masih pagi buta.

Semakin tahun, aku merasa suara petasan semakin berkurang intensitasnya. Kalau beberapa tahun lalu masih  terdengar bunyi petasan saat makan sahur dan menjelang shalat tarawih, tahun berikutnya hanya saat makan sahur saja, lalu saat menjelang shalat tarawih saja, lalu sekarang sama sekali tidak terdengar.

Aku jelas merasa sangat kehilangan *berkaca-kaca*...karena bagiku; bukan Ramadhan namanya kalau tanpa suara petasan.

---

Dulu, waktu aku masih kanak-kanak dan belum paham betul arti Ramadhan, aku menandai bulan istimewa ini sebagai bulan yang mengesankan, berbeda dari bulan-bulan lainnya. Ada acara jalan pagi setelah makan sahur, shalat tarawih yang diakhiri tabuhan beduk bertalu-talu --aku dan teman-teman kecilku suka berjoget jejingkrakan mengikuti irama bedug--, dan yang paling asyik adalah bersepeda setelah shalat subuh.

Karena tinggal di kampung, aku jadi punya banyak teman dan kami selalu melakukan apapun beramai-ramai.  Setelah makan sahur, sambil menunggu adzan subuh, biasanya kami jalan-jalan pagi. Tujuannya hampir selalu tanah kosong dibelakang masjid yang berbatasan langsung dengan kali Brantas.

Ini adalah lokasi favorit kami, karena disitu tumbuh dua pohon mangga yang sangat besar. Saking besarnya, batangnya hanya bisa dipeluk oleh tangan dua orang dewasa. Kedua pohon mangga ini selalu berbuah bergantian. Buahnya sangat lebat, ranum, dan manis. Oleh pemiliknya buah-buah itu tidak pernah dipetik.

Nah, disinilah asyiknya. Dalam suasana gelap gulita, hanya sedikit cahaya remang-remang dari rumah-rumah diseberang sungai, kami menunggu dengan sabar buah-buah mangga itu berjatuhan. Lalu kami akan ramai-ramai berebut siapa yang paling cepat mengambilnya dari semak-semak.

Kalau terdengar suara, "bhuk !" maka kami segera berlari kearah sumber suara sambil tertawa berderai. Tidak jarang kami mengakhiri perburuan subuh itu dengan hasil yang memuaskan, plus nafas ngos-ngosan dan baju kuyup oleh keringat. Tapi yang lebih sering sih kami pulang dengan tangan hampa, alias tidak menemukan mangga sebijipun.

Saat bapak dan ibuk tahu 'kegiatanku' yang satu ini, mereka hanya wanti-wanti padaku untuk tidak ikut makan mangga hasil buruan, "Biar untuk teman-temanmu saja, kamu sudah terlalu banyak makan buah. Emang mau jadi kalong ?". hehehe...

Oh ya, aku juga suka main petasan. Namanya mercon bantingan, karena cara membunyikannya dengan dibanting, atau dilemparkan ke dinding. Bentuknya bulat putih, hampir sebesar pentol bakso gitu deh... Biasanya aku belinya nitip sama teman cowok yang tinggal di belakang rumah. Nitipnya juga sembunyi-sembunyi, karena kalau ketahuan ibuk aku bisa kena cubit di paha --cubitan ini rasanya bikin aku nyaris pingsan dan bekasnya biru gelap--.

Sepanjang ingatanku, selama sebulan penuh Ramadhan kala itu, suara petasan nyaris tidak pernah berhenti. Dan buatku, suara ini begitu merdu dan menyentuh hati. Aku masih ingat aroma bubuk mesiu setelah petasan dibunyikan, lalu serpihan kertas bekas ledakan petasan yang memenuhi hampir sepanjang jalan di kampungku.

Semuanya seperti baru terjadi kemarin. Begitu membekas di benakku, begitu lekat di ingatanku. Aku jadi rindu almarhum bapak, rindu pada rumah sederhana kami yang hangat, rindu pada teman-teman masa kecilku di kampung, dan rindu pada suasana Ramadhan yang syahdu.

Ramadhan tanpa petasan, seperti pelangi yang kehilangan warna. Dan, hatikupun gerimis...

***


Sabtu, 28 Juli 2012

Mengapa Rumput Dihalaman Tetangga Lebih Hijau ?

Jawabannya adalah; karena halamanku tidak berumput. Yang ada adalah puluhan jenis adenium, puluhan pot anthurium, ratusan pot anggrek, dan berbagai tanaman hias dari beragam jenis. So, jangan iri sama rumput tetangga, karena bisa jadi mereka hanya punya rumput tapi tidak punya yang lainnya...hehehe...

---

Penyakit hati yang sampai sekarang masih aku perjuangkan sekuat tenaga untuk sembuh adalah; rasa tidak ingin tertinggal dari yang lain, rasa tidak ingin kalah dari yang lain, dan selalu merasa apa yang mungkin untuk orang lain pasti mungkin juga untukku.

Dalam banyak hal, sejauh itu positif, tentu bagus sekali efeknya. Untuk urusan sepele saja, perasaan 'tidak mau kalah' ini berhasil mendorong semangatku melakukan hal-hal yang tadinya sekedar membayangkannya saja aku sudah malas. Misalnya berenang. Aku jadi rajin berlatih renang dalam berbagai gaya saat tahu teman-temanku yang lain mahir juga melakukannya.

Lalu, mengaji. Dari yang sekedar bisa membaca dengan tajwid standart, jadi terpacu untuk 'menambah jam terbang' dengan mempelajari rost bacaan Qur'an yang merdu, setelah mendengar salah seorang teman melantunkan ayat Qur'an dengan sangat indah sampai membuatku menitikkan air mata. Subhanallah...

Itu untuk yang good impact, kalau yang nyerempet-nyerempet bahaya gimana ?

Aku tuh ya...mmm, gimana ya ngomongnya...selalu merasa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, asal kita mau mengejar dan meraihnya. Kalau dalam masa pengejaran dan peraihan itu sampai membuat kita harus berdarah-darah, menguras air mata, harta dan tenaga *lebay poll* , itu tidak jadi soal, yang penting hasrat kita tercapai dan keinginan kita terwujud.

"Mengerikan...", kata MD. Menurutku tidak juga, karena dengan hasrat dan semangat yang nyaris tanpa batas itulah aku  bisa bertahan tetap tegar sampai saat ini. Jangan ditanya berapa kali aku harus menghadapi  kerasnya hidup, tekanan luar biasa hebat justru dari orang-orang terdekat, tuduhan menyakitkan yang tidak berdasar, dan berbagai ujian yang hampir tidak tertanggungkan.

Luar biasa sakit. Luar biasa pedih. Tapi detik ini aku ada disini, dan itu berarti semua badai ganas itu tidak berhasil meruntuhkan aku. Butuh usaha lebih keras bagi orang-orang diluar sana untuk menggilas aku. Ketika hal itu terjadi, aku sudah akan lebih dulu  menjatuhkan mereka tanpa sedikitpun mereka menyadarinya.

---

Rumput dihalaman tetangga memang selalu jauh lebih hijau, aku tahu itu. Tapi aku tidak ingin rumput ! aku ingin lebih dari sekedar rumput, dan aku tidak segan-segan menyingsingkan lengan baju menanam sebatang pohon jagung, karena dengannya ada banyak hal yang bisa aku dapatkan. Buahnya, daunnya, batang pohonnya, dan bahkan bungkil jagungnya.

Jadi, jangan pernah lagi melirik-lirik rumput tetangga. Gak ada gunanya !

***




Jumat, 27 Juli 2012

Maaf, Aku Tidak Mencintaimu


Maaf, aku tidak mencintaimu
karena aku tidak mau kau merasa harus mencintaiku juga,
lalu kau menjadi terpaksa dan hari-hari kita berubah
tak lagi penuh warna.

Maaf, aku tidak mencintaimu
karena aku tidak sanggup menikam hati sendiri.
Bukankah kita berjanji untuk tidak saling menyakiti,
sedangkan cinta kerap menorehkan luka.

Maaf, aku tidak mencintaimu
karena tidak pernah ada kesanggupanku berada jauh darimu.
Kau tahu, mencintaimu dan selalu dekat denganmu
bisa membunuhku.

Jadi, cukup bagiku menyayangimu
seperti yang selalu kau janjikan juga untukku.

---

...tidak cukup sekedar kata-kata untuk melukiskan indahnya sebuah kenyataan bahwa ada seseorang yang begitu dalam terpatri dalam benak kita, dan untuknya bukanlah cinta, tapi jauh lebih tulus dan abadi; sayang.





Sabtu, 21 Juli 2012

Membuat Kesalahan Lagi dan Lagi...



Hanya keledai bodoh yang jatuh dua-tiga kali
ke dalam lubang yang sama

---

Sejujurnya, aku paling jengah dan tidak nyaman mendengar kalimat 'manusia adalah mahluk lemah dan rentan melakukan kesalahan berulang, karena terdorong nafsu dan karena kelemahannya mengendalikan nafsu itu'. Sangat tidak merdu di dengar dan melukai harga diri sebagai manusia, ya kan ? Tapi ternyata itu semua adalah benar adanya dan...aku sangat sangat menyesal itu terjadi padaku.

Kalau dulu lidah ibarat pedang, sekarang --di era digital ini-- message ibarat pedang. Karena hampir sebagian besar komunikasi dilakukan dengan piranti digital, maka bukan pedang lagi yang melukai dan mengoyak, tapi produk dari alat-alat canggih itu. You know what I mean, don't you ?

Karena sangat membatasi berbicara di telepon dengan siapapun, aku seringkali hanya bertukar pesan dengan orang-orang disekitarku untuk berbagai keperluan. Meskipun ada juga beberapa pihak yang dengan sengaja kutelepon karena urusan penting dan sangat mendesak, yang tidak mungkin disampaikan hanya melalui pesan singkat.

Nah, masalah terjadi dengan pesan-pesan singkat ini, bukan dari sisi aku tapi dari sisi mereka. Ada banyak hal terjadi berkaitan dengan isi pesan yang mereka kirim padaku, yang sejujurnya bukan kemauanku, tapi seringkali aku tidak kuasa menolak atau menghentikannya. Parahnya lagi, aku mengimbanginya dengan --seperti biasa..-- tanpa sadar mengeluarkan semua kemampuanku menangkis serangan.

Akibatnya tentu bisa diduga. Ada pihak-pihak yang --mungkin-- tersakiti, terluka, dan tersinggung berat atas semua statementku. Untuk semuanya itu aku hanya bisa memohon ma'af, meskipun tidak semuanya murni kesalahanku.

Membela diri ?, tentu tidak. Berkelit ?, tidak juga. Aku hanya mencoba mendudukkan persoalan pada porsi yang tepat. Tidak emosional menanggapi, tapi tidak juga menyepelekan seolah tidak terjadi apa-apa. Sewajarnya saja.

Kalau sudah begini baru terasa betapa pentingnya kemampuan mengendalikan diri. Kemampuan berkata 'tidak'. Kemampuan melupakan, merelakan, mengabaikan, dan menerima dengan lapang dada. Kemampuan untuk mengubah yang tidak indah menjadi indah, dan menikmatinya...

*** 

mohonma'afpadasemuapihak,semogainitidakmemutuskanikatansilaturahimkita.selamanya...




Senin, 16 Juli 2012

Life Doesn't Always Go As Planned


Seketika tertegun saat pertamakali aku membaca judul diatas. Seorang author nun jauh di Michigan sana menuliskan perjuangannya menyembuhkan putra tunggalnya dari kecanduan heroin. Yang membuatku salut adalah kegigihannya untuk bertahan menjalani hidup dengan tidak mengurangi sedikitpun cintanya pada putranya, padahal pada saat bersamaan suaminya memilih untuk meninggalkannya.

---

Ada saat-saat dalam hidup kita, semua terasa begitu berat. Masalah datang silih berganti seolah tidak ada hentinya. Apalagi kalau kita sudah terbiasa hidup dalam zona nyaman, dan selalu ada dewa penolong yang siap pasang badan menyelesaikan semua kesulitan kita. Sedikit guncangan saja sudah membuat kita oleng. Turbulensi.

Kita ??...hehe..aku, maksudnya. Didera masalah bertubi-tubi ? ah itu sih biasa. Namanya juga orang hidup. Wong yang sudah mati saja masih menanggung masalah kok. Jadi buat apa diambil pusing. Karena masalah-masalah itulah yang membuat hidup lebih hidup...

---

Sudah lama aku sadar ( ? ) kalau hidup ini tidak selalu seperti yang kita mau, seperti yang kita rencanakan. Tetapi kesadaran itu bukan jaminan bahwa aku tidak terkaget-kaget ketika ternyata semuanya berjalan ke arah yang tidak sesuai harapanku. Bukan shock, cuma bengong sedikit plus termangu-mangu. Karena sejatinya aku tidak bisa menghitung betapa banyak nikmat yang telah tercurah dalam hidupku. Betapa semuanya yang aku impikan nyaris teraih dalam capaian lebih dari harapanku sebelumnya. Kalau ada satu-dua hal yang di luar perkiraan dan berakibat fatal, aku rasa itu hanya semacam granule yang ditaburkan diatas cappuchino. Sedikit mengganggu tapi rasanya nikmat...:)

Aku --dan mungkin banyak orang lain-- merasa jauh lebih tegar dan kuat karena ada seseorang yang dengan senang hati dan tulus tetap berada di sisiku saat aku berjuang menghadapi gelombang hidup. Seseorang itu adalah ;
- seorang suami yang sedikit otoriter, tapi nggak apa-apa karena sepertinya aku memang perlu itu :)
- seorang teman yang sedikit militan, pandangannya radikal dan keras, tapi aku butuh juga peringatan seperti yang sering disampaikannya padaku.
- seorang teman yang sedikit lebay, masalah keluarganya luar biasa rumit, tapi curhatnya membuka mataku, ternyata aku jauh lebih mendingan.
- seorang teman juga yang jauh enggak dekat juga enggak, tapi mau saja dicurhati walau dia sendiri banyak ruwetnya...:D

Hidup memang tidak selalu berjalan seperti yang kita rencanakan, tapi hadirnya 'seseorang' membuat kesalahan rencana itu menjadi bentuk rencana baru yang jauh lebih indah. Bukan begitu ?...

***


Jumat, 13 Juli 2012

Methamorphosha.... -part 1-


























eits...ada yang ketinggalan nih :D



:)

***


Nostalgia SMA --uhuiii...--


Jangan salah, itu bukan tampangku waktu SMA tapi waktu Reuni SMA 2010 kemarin. Kenapa dipasang ? ya pengin aja, untuk mengingatkan bahwa waktu telah melaju begitu cepat dan aku tidak luput dari ganasnya pusaran arus sang waktu.

---

Senin 9 Juli kemarin Arum mulai menjalani pra Fortasi, semacam Mos, di sekolah barunya SMA Muhammadiyah 2 Surabaya sebagai siswi program internasional. Kondisi ini mengingatkan aku pada masa awal-awal aku masuk SMA, dan menjalani masa orientasi.

Ada acara berdandan ala badut, bawa sebungkul bawang putih dengan diameter tertentu --belakangan aku tahu kalau bawang putihnya dijual panitia di Pasar Genteng--, bawa tas dari kantong plastik, dan segala macam keanehan yang kalau mengingatnya sekarang aku jadi senyum-senyum sendiri.

Karena berkeras tidak mau ikut mobil antar jemput, aku harus rela berkutat dengan keribetan membawa perlengkapan mos sambil naik bis kota. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan --setelah mos berakhir bapak memaksaku naik mobil jemputan :(--

Saat kelas 1 itu, aku benar-benar panen prestasi. Mulai jadi Finalis Cak dan Ning Duta Wisata Surabaya tahun 1990, sampai juara Festival Teater Antar Pelajar se-Surabaya. Ada juga beberapa kejuaraan yang aku ikuti di bidang seni dengan hasil yang cukup membanggakan. Di bidang akademik agak keteteran, merosot tajam dibanding saat SMP, karena 'kehidupan masa remaja' terlalu memukau...hehehe...


 Ini sebagian teman-temanku. Kami menjalani masa 3 tahun yang indah dengan nongkrong rame-rame di Mitra --kompleks gedung bioskop tua dan balai kesenian persis di sebelah sekolah--, dengan lebay mengejar bis kota yang ogah berhenti karena ngeri lihat kehebohan kami, makan es krim yummy di Zangrandi dengan pacar masing-masing, dan...ah, banyak sekali kenangan manis yang sulit disebutkan satu persatu.

---

to be continue next time...



Senin, 09 Juli 2012

My Favorite Songs


Ternyata benar juga apa yang sering aku baca, bahwa musik adalah bahasa universal. Buatku pribadi, musik atau --dalam arti lebih luas-- lagu seringkali mewakili suasana hati, memperbaiki suasana hati, dan menenteramkan hati...:)
Saat-saat tertentu aku suka musik keras kalau sedang on the mood, di saat lain aku merasa tenang kalau mendengar musik lembut, dan sesekali aku suka juga musik yang menghentak justru kalau sedang bete.
Ini beberapa musik yang sering aku putar dan lagu-lagu yang syairnya menenangkan...















dan masih banyak lagi.....


***


Senin, 02 Juli 2012

Mimpi-Mimpiku Yang Gak Jelas


Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya...


---

Ngomong-ngomong soal mimpi, dini hari menjelang subuh tadi aku mimpi yang sangat menyayat hati, sedih banget sampai aku tersedu-sedu. MD yang sedang lihat final pertandingan sepak bola langsung menggoyang-goyang bahuku, "Ma..mimpi ya ? sampai nangis-nangis gitu".

D lain waktu aku pernah juga mimpi lucu sampai terpingkal-pingkal dalam tidur dan terbangun sendiri. Padahal setelah terjaga penuh, aku sama sekali lupa tadi itu mimpi apa. Yang pasti mimpi-mimpiku settingnya selalu tidak jelas, kabur, dan agak aneh --lebay, semua orang ya seperti itu kalau mimpi--

Aku juga sering sekali mimpi muluk-muluk, jujur saja, sampai kadang malu sendiri merasa terlalu berlebihan. Bukan mimpi dalam tidur, tapi mimpi dalam kondisi sadar. Hehehe...yang ini sih namanya angan-angan, ya kan ?

---

Kalau dibuat rundown 'daftar mimpiku' mungkin akan seperti ini;  --gak usah diambil hati ya, ini postingan ngawur, geje, asal..--

- mimpi bisa berjalan mundur menembus waktu, biar bisa lihat kehidupan jaman kerajaan (wah, pasti menarik)
- mimpi bisa berbicara dalam semua bahasa, lalu melancong keliling dunia (hmm...tidak terbayang asyiknya)
- mimpi naik kapal selam melintasi segitiga bermuda (apa iya di dasar lautnya banyak bangkai pesawat terbang?)
- mimpi melakukan ekspedisi ke hutan pedalaman Amerika Selatan, berburu anggrek (tentu setelah semua hutan Kalimantan selesai aku jelajahi :))
-mimpi...
-mimpi...

Masih buanyak banget lho mimpi khayalanku yang --malu-- untuk disebutkan satu persatu. Meskipun begitu mimpi-mimpi ngawur ini selalu membuat aku bersemangat kalau lagi bete. Ini menjadi cara mujarab buatku untuk terus memupuk semangat hidup, antusiasme, menghindari boring, dan...selalu tersenyum.

***

ini bonus lagu mimpi tadi ya...


Menarilah dan terus tertawa walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa, cinta kita di dunia
selamanya...

***