Sabtu, 26 Mei 2012

Tentang Dinda

Sudah beberapa bulan ini Dinda selalu memutar CD One Direction dimanapun berada. Di mobil, di kamar, bahkan di komputernya kalau sedang belajar.

Aku heran juga, kok dia bisa hapal di luar kepala semua syair lagu satu CD, dan ikut menyanyi dengan cengkok yang persiiis banget. Kalau lihat di Youtube juga sampai lonjak-lonjak girang gitu...plus ketawa-ketawa malu seolah bertemu muka langsung dengan personelnya.

Perasaan, dulu waktu aku seumur dia nggak gitu-gitu amat kalau suka sama sesuatu atau seseorang :) Atau mungkin jamannya sudah beda ya ? Apa yang dulu sangat menarik untuk anak-anak, sekarang menjadi hal asing dan aneh. Apa yang sekarang dialami dan dilakukan anak-anak, dulu terbayang dalam mimpi pun tidak.

Dalam pengamatanku anak-anak sekarang terlalu cepat matang tapi tidak cepat dewasa. Artinya begini, mereka bisa sangat enak diajak diskusi tentang topik yang agak berat karena wawasannya yang begitu luas, tapi tidak otomatis bisa mengambil moralnya karena kurangnya pengalaman hidup, dan terbiasa berhadapan dengan segala sesuatu yang bersifat instan.

Anak-anak sekarang juga cenderung rentan terhadap tekanan hidup dan kurang struggle menghadapi masa depan. Kembali ke Dinda, sifatnya yang ekstrovert dan ekspresif *nirusiapaya?:)  membuatnya menjadi tampak lebih matang dari usianya yang baru sembilan tahun Juni nanti, tapi di sisi lain dia sangat fragile karena selalu berada dalam zona nyaman yang tidak menantang.

Waktu aku melihat ada bintik kecil di wajahnya, dengan enteng dia bilang, "Ini jerawat Ma...aku lagi naksir seseorang".

Aku syok, "Empat biji ? Jadi kamu naksir empat orang ?".

"Cuma satu orang sih, siapa orangnya itu rahasia. Tapi sekarang dia sudah jadian sama orang lain. Ya gitu deh...", kata Dinda sambil senyum-senyum.

Aku terdiam, tidak siap menerima kenyataan yang sangat mengejutkan ini. Beberapa detik kemudian, setelah berhasil menguasai diri, aku tidak bisa menyembunyikan tawa. Ah, ternyata anakku masih normal...hehehe... Memang sih sekarang terlalu dini untuk dia bicara soal naksir-menaksir, tapi aku yakin ini bagian dari proses pencarian jati diri dan bagian penting dari proses pendewasaan.

Maka aku hanya bisa bilang ke Dinda begini, "Hati-hati pilih cowok, Din...kalau ada yang gimana-gimana tanya ke mama deh. Kan mama pakarnya urusan cowok".

Aku ingin menjadi jujugan Dinda curhat supaya dia tidak mencari 'pelarian' di luar. Aku juga tidak ingin dia takut menceritakan rahasianya padaku karena selama ini aku selalu memposisikan diri sebagai teman bagi Dinda, meskipun disaat-saat tertentu aku tetap keras dan tegas layaknya orang tua yang menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

***

Sssttt....aku bukan pakarnya urusan cowok kok. Itu cuma bisa-bisanya aku aja ngibul ke Dinda :)))
Nah, ini bonus One Direction-nya ya...





Jumat, 25 Mei 2012

Go Private !

Kalau banyak perusahaan sedang berbondong-bondong go public, hal sebaliknya justru terjadi pada blogku. My blogs going private. Nggak penting-penting banget untuk diceritakan, sebenarnya. Hanya saja aku merasa harus membuat segalanya menjadi jelas dan gamblang *GR,padahalgakadayangtanyatuh...hehehe

Ceritanya, blog ini kan hasil karya Arum-Dinda sejak 2009 lalu. Karena tidak tertarik dan belum tergerak untuk beralih dari manual diary ke e-diary maka blog ini baru terisi 2011 kemarin. Isinya pun masih yang asal banget...ge je kata Dinda, alias gak jelas.

Tapi waktu itu fitur-fiturnya sudah cukup lengkap. Mulai chattbox, blogroll, freedjit, terus apalagi ya...banyak kok, tapi aku lupa namanya. Maklum, mamagaptek, jadi urusan yang beginian serahkan saja ke dua cewek cantik tadi.

Semakin kesini dan semakin banyak aku mengintip blog teman-teman lain, aku kok merasa tidak nyaman ya kalau blogku penuh tempelan yang macam-macam tadi. Meskipun itu sudah lazim di dunia blogger, sehingga kalau blogku tidak punya fitur itu maka akan sepi pengunjung karena tidak menarik, tetap saja aku merasa clean is comfort. Lebih enak bersih begini...

Maka seperti inilah tampilan blogku sekarang. Tanpa chattbox, tanpa blogroll, tanpa link, pokoknya bersih-sih.
Untuk meredakan suasana, aku berbaik hati membebaskan siapapun menulis komentar, dengan identitas anonymous sekalipun, dan sama sekali tanpa moderasi.
Lebih jauh lagi, aku tidak memprotek isi setiap laman sehingga siapapun bebas mengcopast tanpa perlu ijin dulu padaku. Enak kan ? seperti ini yang aku bilang tenang dan nyaman :))

***

Galau RSBI

Hai...kangen menulis lagi nih :)
Beberapa minggu ini luar biasa sibuk, urusan anak-anak, urusan suami, ini-itu, sampai tidak sempat sekedar relaks mengeluarkan isi kepala. Kalaupun sempat mengisi blog biasanya nyuri-nyuri waktu di sela menemani Dinda tidur. O iya, sekarang lagi kering ide, karena yang biasanya suka memberi ide tulisan sudah tidak ketahuan lagi di mana rimbanya. Mungkin sudah move on ke planet lain...hehehe

Mmmm...aku mau curhat tentang RSBI *apaansih,nggakjelasjuntrungannya...

Sebentar lagi kan Arum mau lulus dari SMP RSBI, nah aku tuh semakin hari semakin gerah dengan berbagai polemik pro dan kontra tentang keberadaan  sistem pendidikan ini. Ada yang bilang biayanya selangit lah, diskriminasi lah, useless lah, dan sebagainya.

Jujur saja, dulu Arum masuk ke jalur ini karena tidak sengaja. Jadi gini, waktu jadwalnya mengambil formulir pendaftaran SMP kebetulan aku dan suami sedang berada di luar kota. Dengan panduan detil melalui telepon, MD meminta tolong orang kepercayaannya untuk datang ke sekolah membeli formulir untuk Arum.

Karena masih di bawah satu yayasan, tanpa babibu lagi petugas pendaftaran memberikan map warna kuning, yang artinya jalur RSBI. Beberapa minggu sebelumnya aku memang diminta mengumpulkan copy raport Arum mulai kelas 1 sampai kelas 6 untuk diverifikasi. Tapi waktu itu aku tidak menyangka kalau itu seleksi siswa unggulan. Dan endingnya adalah Arum diterima di jalur ini setelah melalui serangkaian tes dan seleksi yang lumayan ketat.

Yang jadi masalah adalah Arum tidak berminat jadi siswa kelas unggulan, dan merengek padaku untuk mengurus kepindahannya ke kelas reguler. Pihak sekolah keberatan dengan alasan Arum punya potensi yang bagus, sayang kalau tidak diasah dan dioptimalkan.

Kembali ke polemik RSBI ya...menurutku sah sah saja pemerintah membuka 'jalur alternatif' ini. Namanya juga usaha, siapa tahu dengan niat yang baik hasilnya juga bisa baik. Kualitas lulusannya meningkat, daya saingnya terangkat, lebih bisa bersaing secara global...iya kan. Absurd sih, tapi nggak apa-apa dari pada tidak ada usaha.

Soal anak-anak berprestasi yang tidak bisa terserap jalur RSBI karena kendala biaya, sebenarnya bisa diatasi dengan mudah. Negara kita yang mayoritas muslim ini kan luar biasa kaya penduduknya. Lihat saja mobil-mobil merk terkenal jumlahnya banyak sekali di jalanan. Lihat saja  mall-mall elite di belahan dunia lain, di sana tidak sulit mencari wajah-wajah 'endonesa', dan jangan lupa banyak dari mereka yang muslim. Mau bukti lagi ? banyak sekali lho pengusaha pribumi yang sukses mulai skala pra konglomerat, konglomerat, sampai super konglomerat.

Artinya apa ? dari mereka-mereka ini bisa digalang kepedulian untuk menyisihkan sedikiiit saja bagian dari harta mereka yang tidak habis dimakan tujuh turunan itu, untuk membiayai siswa kurang mampu yang otaknya briliant. Bukan hal yang sulit kalau memang ada kemauan dan kesadaran... *jaditeringatkasusrekeninggendutpolri :)

Ada pakar pendidikan yang bilang gini, "Kalau mau unggul tidak harus belajar dengan menggunakan Bahasa Inggris. Itu bukan satu-satunya cara. Yang lebih penting adalah kesungguhan dalam belajar, penanaman nilai, pembentukan etos belajar, dan kemauan untuk maju".

Dengan prihatin aku ingin bilang begini pada Bapak Pakar Pendidikan yang terhormat itu, "Iya sih pak, pake Bahasa Inggris bukan yang utama, tapi juga tidak bisa dianggap tidak perlu. Bukan untuk sok-sokan lho pak...ini kan bahasa universal dan netral. Masa sih mau pake Bahasa Jawa, atau Bahasa Sunda, atau Bahasa Osing, atau Bahasa Madura, atau Bahasa Melayu...Soal biayanya yang selangit dan menyerap APBD, itu kan bisa dibicarakan. Wong orang kita itu paling pinter bikin pansus ini-pansus itu, jadi kenapa tidak dirumuskan saja formula yang bisa diterima semua kalangan. Yang penting tujuan 'memajukan pendidikan bangsa' tercapai. Satu lagi pak; perjuangan itu selalu berat dan pahit. Jadi kalau soal RSBI saja kita masih saling adu mulut, terus kapan majunya ? Daripada hanya mengkritik lebih baik memberi solusi gimana baiknya, iya kan pak ? Kalau RSBI nggak cocok, tolong dong pak dibuatkan rumusan yang jelas dan gamblang sistem pendidikan yang baik, benar, dan cocok itu yang seperti apa. Lalu serahkan proposalnya ke Mendikbud deh. Gitu lho pak..."
*terpaksaberhentibicarakarenadiinterupsimoderator :)

---

Yaaa...prihatin aja dengar suara-suara sumbang diluaran. Daripada ribut terus, kalau aku mending fokus mengasah dan menggali potensi anakku, sambil berupaya melejitkan prestasinya di semua bidang yang ia minati. Mau RSBI atau enggak, gak penting !

***

-Lha, fotonya kok gak match ?...*nars-- !



Minggu, 20 Mei 2012

Cinta, Pengorbanan, dan Kesetiaan


Aku punya versi sendiri tentang cinta.
Cinta itu seperti biji tanaman yang jatuh di atas tanah gembur.
Sinar matahari, air, dan cuaca yang bersahabat membuat cinta tumbuh subur.
Jika sinar matahari terlalu banyak atau terlalu sedikit,
jika air terlalu banyak atau terlalu sedikit,
dan cuaca terlalu panas atau terlalu dingin, cinta tidak akan tumbuh.

Dimanakah ada cinta yang membutuhkan sinar matahari, air, dan cuaca
dalam takaran yang pas agar dapat tumbuh subur ?
(dasar bodoh, dimana-mana cinta ya seperti itu...)


Aku punya versi sendiri tentang pengorbanan.
Seperti yang terjadi antara biji tanaman, sinar matahari, air, dan cuaca.
Apakah biji tanaman bisa memilih dimana ia akan jatuh ?
Apakah sinar matahari  bisa memilih ia harus bersinar atau boleh padam ?
Apakah air bisa memilih ke tempat rendah manakah ia akan mengalir ?
Apakah cuaca bisa menentukan sendiri ia akan menghembuskan angin kering
atau mengalirkan hawa sejuk ?
Jika jawabannya adalah 'tidak' maka itulah yang disebut pengorbanan.

Apakah pengorbanan membuat cinta tumbuh subur dan indah ?
(dasar bodoh, dimana-mana pengorbanan membuat cinta yang biasa-biasa saja
menjadi indah...)


Aku punya versi sendiri tentang kesetiaan.
Saat biji tanaman sudah tumbuh subur dan indah,
masihkah ia membutuhkan hangatnya sinar matahari ?
Masihkah ia merindukan segarnya guyuran air ?
Masihkah ia mendambakan semilir angin yang sejuk ?
Jika jawabannya adalah 'ya' maka itulah yang disebut kesetiaan.

Dimanakah ada cinta yang membutuhkan begitu banyak kesetiaan ?
(dasar bodoh, dimana-mana kesetiaan menentukan apakah cinta akan mati atau bertahan selamanya...)

---
Kalau sedang jatuh cinta, aku merasa begitu bodoh...:(

***


Jumat, 18 Mei 2012

Ujian Kedewasaan

[ sedang bersemangat posting 'sesuatu' karena pengaruh buku motivasi :) ]
---

Ada sebuah suku dari bangsa Indian yang mempunyai cara unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak laki-laki dianggap sudah cukup umur untuk didewasakan, ia akan dibawa oleh seorang pria dewasa ke dalam hutan belantara yang gelap gulita.

Anak laki-laki itu ditutup matanya dan dibawa masuk jauh ke dalam hutan. Ketika hari sudah gelap, tutup matanya dibuka dan ia ditinggalkan sendirian. Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.

Malam begitu pekat, bahkan si anak tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri. Ia begitu ketakutan karena hutan mengeluarkan suara-suara menyeramkan. Auman serigala, suara burung hantu, desis ular, dan gemerisik dahan pohon memaksa ia bertahan untuk tidak berteriak atau menangis.

Ia harus berusaha agar lulus dalam ujian. Satu detik bagaikan berjam-jam. Satu jam bagaikan bertahun-tahun. Ia tidak dapat memejamkan matanya sedetikpun, sementara keringat dingin ketakutan mengucur deras dari tubuhnya.

Saat cahaya pagi mulai menyingsing, ia begitu gembira dan melihat ke sekeliling. Anak laki-laki itu begitu kaget ketika tahu bahwa ternyata ayahnya berdiri tidak jauh dibelakangnya, dengan posisi siap melepaskan anak panah, dan  golok yang tajam mengkilat terselip di pinggang.

Ayahnya menjaga dia sepanjang malam.  Kalau ada binatang buas  mengancam keselamatan anaknya, ia akan  segera melepaskan anak panah, sambil terus berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.
---

:)
Jadi gitu deh cara orang tua (kita) mengetahui sejauh mana kita bisa dilepas untuk bertanggung jawab pada kehidupan. Seolah-olah mereka memberi kebebasan penuh pada kita untuk menentukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri. Tapi sebenarnya kita masih tetap berada dalam pantauan mereka, sampai orang tua kita yakin bahwa kita benar-benar bisa bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

Ih... ini sih judulnya curhat. Tapi gak opo-opo wis, wong aku juga bersikap begitu ke anak-anakku. Bukan karena selalu ingin mengintervensi, tapi karena tidak ingin melihat mereka salah langkah dan gagal.

...
Everyone has inside them a piece of good news.
The good news is you don't know how great you can be,
how much you can love,
what you can accomplish,
and what your potential is !


***


Selasa, 15 Mei 2012

Hidup Kita... [cara pandang dari sisi yang lain]

***

Ketika aku masih kecil, aku sering sekali melihat ibuku menyulam sehelai kain. Saat itu aku sedang bermain di lantai, kulihat ke atas dan bertanya apa yang sedang ibu lakukan.

Ibu menjawab bahwa ia sedang menyulam sesuatu diatas sehelai kain. Tetapi aku memberi tahu kepadanya bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.

Ibu tersenyum dan berkata dengan lembut, "Anakku, lanjutkanlah permainanmu sementara aku menyelesaikan sulaman ini. Nanti kau akan kupanggil dan kududukkan diatas pangkuanku, agar kau dapat melihat hasil sulaman ini dari atas".

Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang warna hitam dan putih yang begitu semerawut menurut pandanganku.

Beberapa saat kemudian kudengar suara ibu memanggil, "Anakku, mari sini dan duduklah dipangkuan ibu". Setelah melihat hasil sulaman ibu aku heran dan kagum. Ada bunga-bunga yang indah dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit. Indah sekali.

Aku hampir tak percaya melihatnya, karena dari bawah yang kulihat hanyalah benang-benang ruwet tidak beraturan.

Lalu ibu berkata, "Anakku, dari bawah memang ruwet dan kacau. Tapi kau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan. Sebuah pola. Ibu hanya mengikutinya".
"Nah, dengan melihatnya dari atas, kau tahu keindahan dari apa yang ibu lakukan".

***

Mungkin, seperti itulah yang terjadi pada kita. Seringkali kita menengadah dan bertanya padaNya,  "Mengapa hidupku begitu kacau dan ruwet ? Mengapa tidak semuanya berwarna cerah ?".

Lalu Dia akan menjawab, "Suatu saat nanti kau akan tahu betapa indah kehidupanmu sesungguhnya. Yang kau perlukan hanyalah memandangnya dari sisi yang lain, dan mensyukurinya".

***

God understand our prayers
even when we can't find the words
to say them....


Senin, 14 Mei 2012

Kisah Sebatang Pohon


Di California Selatan ada sebatang pohon yang terkenal di seluruh Amerika. Sepanjang tahun pohon itu dikunjungi ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Bentuk pohon itu sama sekali tidak indah. Tingginya kurang dari 2 meter, dengan batang pipih dan saling melilit. Hanya beberapa bagian cabangnya saja yang ditumbuhi daun sedangkan bagian lainnya gundul.

Pohon itu menjadi terkenal karena tumbuh di atas batu granit yang sangat keras. Tinggi batu granit itu sekitar 100 meter di atas permukaan laut, dan menghadap langsung ke Samudra Pasifik yang anginnya keras mendera.

 Tidak satupun pohon lain yang tumbuh di sekitarnya kecuali pohon istimewa itu.

Rupanya beberapa tahun lalu sebutir biji terbawa angin dan jatuh di celah batu granit. Benih itu tumbuh. Tetapi setiap kali batangnya bertambah tinggi dan muncul di permukaan batu, langsung hancur diterpa angin laut yang kencang.

 Terkadang pohon itu tumbuh agak besar. Tetapi badai kembali memporak-porandakannya.

Sekalipun demikian, akarnya terus tumbuh menghunjam ke bawah mencapai tanah, melewati poros-poros batu granit sambil menghisap mineral-mineral di sekitarnya.

Sementara itu batangnya terus tumbuh setelah berkali-kali dihancurkan angin kencang. Makin lama makin kokoh dan liat sampai akhirnya cukup kuat menahan terpaan badai. meski bentuknya tidak karuan.

Oleh orang Amerika pohon itu dianggap sebagai simbol ketegaran. Seakan-akan pohon itu memberi pelajaran pada manusia untuk tetap tabah dan gigih dalam menghadapi berbagai cobaan dan gelombang kehidupan.

Masalah yang datang bertubi-tubi dalam perjalanan kehidupan, membuat manusia lebih tegar dan kuat.

Jadi, jangan kalah sama pohon...:)

***

Minggu, 13 Mei 2012

Everything Happens For A Reason


Sometimes people come into your life
and you know right away that
they were meant to be there.
They serve some short of purpose,
teach you a lesson
or help figure out who you are
or who you want to become.

You never know who these people maybe;
your friend, your neighbour, your long lost friend,
or even a complete stranger who
when you lock eyes with them
you know that very moment.

That they will affect your life in some profound way
and sometimes things happen to you
and at the time they seem horrible,
painful and unfair.
But in refflection you realize that
without overcoming those obstacles,
you would never have realized your potential,
strength, will power of heart.

Everything happens for a reason.
Nothings happens by chance or by means of good
or bad luck.
Illness, injury, love, lost moments or true greatness
and sheer stupidity all occur to test
the limits of the soul.

Without these small tests, if they be events,
illness or relationships, life would be like a smooth paved,
straight, flat road to nowhere.
Safe and comfort but dull and utterly pointless.

The people you meet who affect your life,
successes and downfalls you experience,
they are the ones who create who you are.

If someone loves you, loves them back unconditionally.
Not only because they love you,
but because they are teaching you to love
and opening your heart to things you would never
felt without them.

***


Selasa, 08 Mei 2012

'kakek-nenek'...masa depan kita


Sudah beberapa waktu kami sekeluarga tinggal bersama Yangkung Rasyid dan Yangti Sri, bapak dan ibu mertuaku. Sepanjang pengamatanku, mereka berdua tampak kerasan dan bahagia. Suasana rumah yang tenang sepanjang hari mungkin ikut mendukung. Begitu juga pelayanan tulus dari para asistenku yang sangat terlatih. Alhamdulillah...

Sampai di titik ini aku tidak henti-henti bersyukur, karena aku bisa selalu berdekatan dengan ibu kandungku yang tinggal tidak jauh dari rumahku, sekaligus merawat mertua yang sudah semakin uzur. Bagaimanapun, mertua dan orang tua sama-sama harus mendapat perhatian dan kasih sayang yang sama besar.

Tadi pagi, diantara tumpukan buku-buku lama, aku menemukan sebuah buku motivasi yang sudah usang. Salah satu cerita di dalamnya sangat menyentuh dan menggugah kesadaranku. Dalam hati, sekali lagi aku mengucap syukur atas apa yang sudah kami lakukan selama ini. Merawat dan memperlakukan orang tua dengan sebaik-baiknya adalah tabungan pahala yang tidak ternilai harganya.

***

... Suatu ketika ada seorang kakek tua yang harus tinggal dengan anaknya, menantu, dan cucunya yang berusia 6 tahun. Tangan kakek begitu rapuh dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram dan cara berjalannya pun ringkih.

Keluarga itu biasa makan bersama di meja makan. Namun kakek yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangan yang selalu gemetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh, gelas pecah, susu tumpah membasahi taplak meja.

Anak dan menantunya menjadi gusar dan terganggu. Mereka merasa direpotkan oleh semua kelakuan sang kakek. "Kita harus melakukan sesuatu", kata si suami. "Aku bosan harus membereskan semuanya untuk pak tua ini".

Lalu, suami istri itu membuatkan sebtah meja kayu kecil alakadarnya yang ditempatkan di sudut ruangan. Di sanalah sang kakek didudukkan untuk makan sendirian. Peralatan makannya dari plastik murahan.

Sering saat keluarga itu sibuk makan malam, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Air mata kakek mengalir diatas gurat keriput wajahnya. Tangannya semakin gemetar dan tubuhnya semakin tampak ringkih.
Namun kata-kata yang keluar dari suami istri itu selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Anak mereka yang berusia 6 tahun melihat semua kejadian ini dalam diam.

Suatu malam, si ayah  memperhatikan anaknya sedang membuat mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu, "Apa yang sedang kau buat, nak?".

Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu untuk ayah dan ibu nanti kalau sudah tua. Akan kuletakkan di sudut itu dekat tempat kakek biasa makan ". Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat suami istri itu begitu sedih dan terpukul. Air mata bergulir di pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orang tua ini sadar bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki.

Keesokan harinya, mereka menuntun tangan kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah, atau taplak yang kotor ternoda. Kini mereka makan bersama di meja makan dengan bahagia.

***

Anak-anak adalah persepsi diri kita. Mata mereka mengamati, telinga mereka mendengar, dan pikiran mereka merekam. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan mereka lakukan. Begitu juga sebaliknya.

Kakek dan nenek adalah masa depan kita. Jika anak-anak melihat kita memperlakukan orang tua dengan penuh hormat dan kasih sayang, Insyaallah begitu juga perlakuan anak-anak pada kita kelak.

***