Aku heran juga, kok dia bisa hapal di luar kepala semua syair lagu satu CD, dan ikut menyanyi dengan cengkok yang persiiis banget. Kalau lihat di Youtube juga sampai lonjak-lonjak girang gitu...plus ketawa-ketawa malu seolah bertemu muka langsung dengan personelnya.
Perasaan, dulu waktu aku seumur dia nggak gitu-gitu amat kalau suka sama sesuatu atau seseorang :) Atau mungkin jamannya sudah beda ya ? Apa yang dulu sangat menarik untuk anak-anak, sekarang menjadi hal asing dan aneh. Apa yang sekarang dialami dan dilakukan anak-anak, dulu terbayang dalam mimpi pun tidak.
Dalam pengamatanku anak-anak sekarang terlalu cepat matang tapi tidak cepat dewasa. Artinya begini, mereka bisa sangat enak diajak diskusi tentang topik yang agak berat karena wawasannya yang begitu luas, tapi tidak otomatis bisa mengambil moralnya karena kurangnya pengalaman hidup, dan terbiasa berhadapan dengan segala sesuatu yang bersifat instan.
Anak-anak sekarang juga cenderung rentan terhadap tekanan hidup dan kurang struggle menghadapi masa depan. Kembali ke Dinda, sifatnya yang ekstrovert dan ekspresif *nirusiapaya?:) membuatnya menjadi tampak lebih matang dari usianya yang baru sembilan tahun Juni nanti, tapi di sisi lain dia sangat fragile karena selalu berada dalam zona nyaman yang tidak menantang.
Waktu aku melihat ada bintik kecil di wajahnya, dengan enteng dia bilang, "Ini jerawat Ma...aku lagi naksir seseorang".
Aku syok, "Empat biji ? Jadi kamu naksir empat orang ?".
"Cuma satu orang sih, siapa orangnya itu rahasia. Tapi sekarang dia sudah jadian sama orang lain. Ya gitu deh...", kata Dinda sambil senyum-senyum.
Aku terdiam, tidak siap menerima kenyataan yang sangat mengejutkan ini. Beberapa detik kemudian, setelah berhasil menguasai diri, aku tidak bisa menyembunyikan tawa. Ah, ternyata anakku masih normal...hehehe... Memang sih sekarang terlalu dini untuk dia bicara soal naksir-menaksir, tapi aku yakin ini bagian dari proses pencarian jati diri dan bagian penting dari proses pendewasaan.
Maka aku hanya bisa bilang ke Dinda begini, "Hati-hati pilih cowok, Din...kalau ada yang gimana-gimana tanya ke mama deh. Kan mama pakarnya urusan cowok".
Aku ingin menjadi jujugan Dinda curhat supaya dia tidak mencari 'pelarian' di luar. Aku juga tidak ingin dia takut menceritakan rahasianya padaku karena selama ini aku selalu memposisikan diri sebagai teman bagi Dinda, meskipun disaat-saat tertentu aku tetap keras dan tegas layaknya orang tua yang menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
***
Sssttt....aku bukan pakarnya urusan cowok kok. Itu cuma bisa-bisanya aku aja ngibul ke Dinda :)))
Nah, ini bonus One Direction-nya ya...