Kamis, 23 Februari 2012

Untuk Kita Renungkan


Suka atau tidak,
tidak semua yang kita inginkan akan kita dapatkan.
Tapi Allah maha adil. Dia akan memberi apa yang baik bagi kita
meskipun kita tidak memintanya.

Suka atau tidak,
masa lalu tidak akan pernah kembali. Biarlah yang terjadi
di masa lalu menjadi bagian dari masa lalu.
Let past is past !

Suka atau tidak,
gunung tidak pernah bergerak. Ia tidak akan pernah mendatangimu.
Kau yang harus mendatanginya, dan mendakinya sampai ke puncak.
Make your dream come true.

Suka atau tidak,
orang tidak akan mengulurkan tangannya padamu bila kau susah. Tapi jangan 
pernah lupa untuk mengulurkan tanganmu pada orang lain
 meskipun kau sedang susah.

Suka atau tidak,
hidup ini penuh onak duri dan kerikil tajam. 
Bila kau berani; lalui !
 Bila tidak; duduk saja diam-diam di rumah, dan tidak pernah menjadi apa-apa.

Suka atau tidak,
hidup tidak selamanya dalam kegembiraan.
Tapi itu bukan alasan untuk selalu merasa sedih.
Let's smile :))

Suka atau tidak,
apa yang kita sukai belum tentu manis, dan apa yang kita benci tidak selalu pahit.
Kadang-kadang yang manis adalah racun, 
dan bisa jadi yang pahit adalah penawar.

---

A Thousand Reasons



Just want to say that I'll love for thousand reasons...


Ada ribuan hal dalam hidup ini yang pantas untuk dicintai, dan aku punya ribuan alasan untuk mencintainya. Apa sajakah itu ?... ini dia :

1. Bapak dan Ibukku, karena mereka mencintai aku juga walaupun aku sering memberi mereka cukup alasan   untuk mengurangi kadar cinta, tapi kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi. Buat Bapak dan Ibukku aku tetap anak mereka yang tercinta.

2. Mantan pacarku, karena kami sudah melewati separuh usia bersama-sama dalam cinta sampai saat ini. 

3. Anak-anak-anakku, karena aku selalu takjub memandang mereka; "Benarkah mereka ini yang dulu keluar dari dalam perutku ?...Wow !..."

4. Bunga-bunga dan binatang peliharaan di halaman, benda-benda koleksiku, novel-novel kesukaanku, dan segala hal disekelilingku. Berada diantaranya membuat aku selalu merasa gembira.

5. Para kerabat, sahabat, dan teman-teman, karena tanpa mereka aku pasti tidak henti-henti berucap, "Sepi amat dunia ini, ya ?".

...

...

...

1000. Diriku sendiri. Orang lain saja mencintai aku, masa sih aku tidak mencintai diri sendiri :)

***

Aku hanya membayangkan seandainya lagu ini diputar dalam kabin pesawat. 
Memandang hamparan awan tipis seputih kapas, alunan lagu terdengar sayup-sayup...
Mmm... bayangan apa yang menari-nari di benakmu ? :)

---

Ada dua cinta lagi yang vertikal. Tidak perlu diekspose dalam ranah horisontal. 

Rabu, 22 Februari 2012

Untuk Bapak dan Ibu Guru [sebuah kritikan kecil...]


Mmm...ceritanya, sebulan yang lalu aku dan MD mengantar Arum foto di Siskohat untuk keperluan berangkat haji. Pada saat menunggu giliran di panggil, aku sempat ngobrol dengan seorang ibu muda , yang  anaknya sekolah di TK tempat Arum dulu sekolah.

Omong punya omong, ternyata  kondisi sekolah yang lumayan bergengsi itu -ya jelas, sekolah ini milik ormas terbesar di negeri ini- tidak terlalu banyak mengalami kemajuan sejak aku 'meninggalkannya' hampir sembilan tahun yang lalu.

Secara fisik pembangunan memang tidak pernah berhenti. Fasilitasnya lengkap, kolam renangnya tambah modern, lab komputer sangat canggih, dan lingkungan sekolah rapi dan teduh. Hanya saja -ini versi ibu muda tadi lho..- SDM guru-gurunya kurang memuaskan.

Mungkin penilaiannya subyektif karena parameter yang kami pakai tidak jelas. Tapi yang pasti, dari kacamata kami, para orang tua yang setiap hari nongkrong menunggu anaknya, ada hal-hal krusial yang tidak dimiliki para guru di sekolah ini.

Aku jadi ingat masa-masa setiap hari aku menghabiskan waktu menunggu Arum sekolah, dan karenanya ada banyak kejadian di komplek sekolah itu yang selalu aku lihat dengan mata kepala sendiri. Mungkin tidak etis kalau aku ungkapkan semuanya secara rinci, karena toh kejadiannya sudah lewat bertahun yang lalu. Hanya yang menjadi catatan, karena kualitas tenaga pengajarnya inilah alasan utamaku memindahkan Arum ke sekolah lain meskipun biaya di sekolah yang baru  masyaallah...termahal di kota ini.

Lalu ?
Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat pada bapak-ibu pendidik, aku hanya ingin menyampaikan bahwa   profesi yang mulia ini akan semakin tinggi nilainya bila dilakukan dengan hati tulus dan jiwa besar. Kepercayaan orang tua untuk menyerahkan pendidikan anaknya pada sekolah, selayaknya dianggap sebagai amanah yang harus ditunaikan sebaik-baiknya.

Anak yang bandel, nakal, malas, itu biasa. Karena itu dia disekolahkan, untuk dididik, diajar, diberi pemahaman, dan ditumbuhkan sisi manusianya. Di rumah, orang tua menanamkan nilai-nilai dan norma sosial yang memungkinkan untuk si anak bertumbuh menjadi manusia yang utuh.

Kalau para guru, yang notabene adalah orang yang tahu bagaimana mengajar dan mendidik yang baik, menjalankan fungsinya hanya semata-mata sebagai 'kerja' dan bukan sebagai 'panggilan hati', maka dapat dibayangkan seperti apa cara mereka mengajar dan mendidik.
Lebih jauh lagi, dapat dibayangkan seperti apa anak-anak hasil dari pendidikan oleh guru-guru model begini.
Memprihatinkan ya....

***

Setiap dari kita adalah guru, untuk diri sendiri dan orang lain. Maka didiklah dan ajarlah anak-anak dengan hati, seperti juga kita menginginkan orang lain memperlakukan kita dengan hati.

***



Untuk bapak-ibu guruku, terima kasih telah membentuk aku dan mengantarkanku mencapai sukses.






Senin, 20 Februari 2012

Hanya Ilusi... ( Paling Tidak Untuk Saat Ini..)



...aiyaiyaa...lagu ini aku suka sejak pertama release puluhan tahun lalu, dan sekarang mendengarnya lagi membuatku langsung membayangkan adegan apa yang cocok, dialognya seperti apa, take picture-nya gimana, angelphoto-nya seperti apa, dan gimana script-nya  :))

***

Setahun belakangan ini aku kembali rajin 'melanglang buana' ke berbagai mall yang ada bioskopnya. Kedua, tentu saja untuk menikmati kesukaan yang sudah begitu lama kutinggalkan -nonton, maksudnya- , pertama; menemani putri sulungku yang sedang keranjingan nonton film-film indie untuk mendukung hasratnya menjadi sineas.

Karena seringkali film yang kami tonton tidak cocok untuk anak-anak, maka aku berbagi tugas dengan MD.  Kalau aku dan Arum masuk studio, pada saat yang bersamaan MD dan Dinda akan masuk ke toko alat musik atau toko buku, atau nongkrong makan froyo, di mall yang sama.

Pilihan Arum selalu film-film 'beda' yang sepi peminat, tidak booming secara popularitas, agak berat dicerna, dan sedikit 'syuur..'. Karena berbagai kategori itu, tidak heran kalau di dalam gedung bioskop paling banter hanya terisi penonton sejumlah jari tangan. Kadang lebih sedikit, tapi baru sepertiga main sudah ada beberapa pasangan yang 'walk out'. Tadinya kukira ke kamar kecil, eh...ternyata tidak balik lagi.

Lalu, apa yang kami lakukan sepanjang pemutaran film itu ? Asyik diskusi, tentu saja. Arum selalu punya pendapat tentang bagaimana sebaiknya film itu disetting, bagaimana film itu tampak tidak bermutu karena keganjilan di sana-sini yang luput dari perhatian sutradara, bagaimana seharusnya penghayatan aktor dan aktrisnya, dan masih banyak lagi kritik cerdas yang dilontarkannya.

Aku sendiri lebih fokus ke 'rasa' film itu secara keseluruhan. Maksudnya gini; kalau melihat sebuah adegan, benakku langsung membayangkan backsound-nya, dialog yang diucapkan, bahasa tubuh yang mewakili, termasuk kostum yang mendukung, dan yang lebih parah; ekspresi audiens yang akan menikmati film ini. Kalau sudah begini, hampir pasti khayalanku terbang melayang-layang....:P

"Gimana tadi filmnya ?", tanya MD
Lalu meluncurlah laporan 'hasil investigasi' dariku secara lengkap, ditambah versi Arum sedikit-sedikit -Arum lebih anteng daripada mama,soalnya-.
"Mmm..gitu,ya. Nah tulis aja resensinya, Ma...kritik Mama bagus tuh...Atau, sekalian saja kita bikin film sendiri kapan-kapan", kata MD kumat isengnya. Dia selalu tahu kapan waktu yang tepat untuk melempar umpan padaku, dan langsung kucaplok. Dasar !

"Boleh juga usul Papa. Denger ya, Arum sutradaranya, Dinda bikin ilustrasi musiknya, Mama tulis naskahnya, dan Papa jadi produsernya. Klop, kan ?", girang juga aku berhasil menemukan 'ide gila' yang masuk akal.

Hoa..ha..ha..ha... Sekarang mungkin itu hanya sekedar omong kosong yang ngelantur, sekedar ilusi, khayalan semu, dan agak-agak 'o ya ??'. Tapi bukan mustahil kalau suatu saat menjadi kenyataan. Wong, di dunia ini apa saja bisa terjadi kalau Tuhan menghendaki, kok.
Ya kan, Paaaa ?... :))




Sabtu, 18 Februari 2012

Sebuah Kontemplasi (Episode 2 - Tamat)


...Today is my birthday...hmmm, Alhamdulillah !!!

***
Tanggal delapan belas Februari setiap tahun, bagiku adalah tahun baru, awal yang baru , babak baru, harapan, doa, cita-cita, dan tantangan baru. Menghadapi sesuatu yang baru  terasa sangat mendebarkan. Antara ragu karena takut gagal, dan penasaran ingin tahu tantangan apa yang akan kutemui.

Hari ini, seperti tahun tahun sebelumnya, tidak ada yang spesial di rumah. Karena kami memang tidak merayakan ulang tahun -seperti ajaran di sekolah anakku- maka ucapan selamat plus peluk cium itu sudah lebih dari cukup.

Yang penting mungkin ini; reframing. Mengubah cara pandang terhadap hidup dan kehidupan,  mengambil hikmah atas semua peristiwa sedih maupun gembira, mensyukuri dan menerima semuanya dengan lapang dada. Pendek kata; melakukan segala hal yang membuat mata kepala dan mata hati kita menjadi lebih terasah.

Mudahkah melakukan itu ?... Of course not !

Hari hari kemarin saja, aku masih gedubrakan kalau menghadapi masalah  : P
Bersitegang sedikit dengan pihak ketiga, maunya langsung tonjok  :O
Dihempas badai kecil, sudah megap-megap kehabisan nafas  :(
Dapat berita sedih, mendengar kabar pilu, langsung mewek  :(
... kok aku seperti tidak ada bagus-bagusnya ya ?

Ok..ok... Waktunya berubah..!!!  -hi..hi..kayak satria baja hitam-

Listen up ;
aku janji tidak suka ngambek lagi  -hoi..papaaa, dengerin nih-
tidak suka gedubrakan lagi
tidak suka menghamburkan air mata lagi
tidak suka 'suka-suka gue dong!' lagi
teruuuus...
Wis, kita lihat besok deh ya.
Yang penting mohon doanya saja, semoga semua rencana berjalan lancar.
Ameen.


Rabu, 01 Februari 2012

Sebuah Kontemplasi [episode 1]


Pagi tadi, sambil meraut pensil untuk Dinda, iseng aku pindahkan chanel tivi ke saluran infotainment. Ada berita meninggalnya komedian Ade Namnung yang beberapa waktu lalu sempat dirawat di Surabaya. Keluarga dan teman-teman almarhum  memberikan testimoni yang menyejukkan; Ade adalah pribadi yang menyenangkan, dan mereka semua merasa begitu kehilangan.

Seketika aku membayangkan diriku sendiri. Seandainya aku di panggil menghadapNya kelak, bagaimana ya kira-kira  kesan orang-orang di sekelilingku tentang aku ?

Apakah mereka merasa kehilangan ? Apakah selama ini aku sudah menjadi istri, mama, anak, kakak, tante, saudara ipar, atau keponakan yang baik ?

Atau justru mereka diam-diam bersyukur bahwa akhirnya suasana menjadi tenang dan damai setelah kepergianku ?...-mengetik sambil berlinang air mata-

***




---
Ibuk, Tutut mohon maaf, apabila selama ini selalu membuat ibuk mengelus dada, menghela nafas, dan menahan perasaan, karena ulah yang tidak terkontrol, lisan yang tidak terjaga, keputusan yang ceroboh, dan sederet kesalahan yang tanpa sengaja Tutut lakukan.
Buk, semua yang saat ini Tutut capai adalah berkat doa-doa ibuk, sujud malam yang tiada putus untuk kebaikan Tutut sekeluarga.
Ijinkan Tutut mohon pada ibuk; keridhaan dan restu ibuk, agar jalan kehidupan yang Tutut tempuh senantiasa lapang dan mudah.
---

---
Pa, Mama minta maaf ya, kalau selama mendampingi papa ada hal-hal kurang berkenan yang tanpa sengaja mama lakukan. Seluruh jiwa raga, hidup dan mati mama, telah mama persembahkan untuk papa. Apapun keadaan mama, bagaimanapun baik buruknya mama, semoga papa ikhlas menerima.
---

---
Arum, Dinda, mama sadar sampai saat ini belum berhasil menjadi ibu yang sempurna. Omelan mama sering membuat kalian gerah, meskipun itu untuk kebaikan kalian sendiri. Kalau mama disiplin dan keras, itu bukan karena benci, tapi sebaliknya, karena mama teramat mencintai kalian.
---

---
Andai aku diberi kesempatan, aku ingin mengatakan pada siapapun yang aku kenal dan mengenalku, bahwa hidupku menjadi begini indah karena mereka.

Dukaku menjadi tawar karena ada begitu banyak orang yang lebih berduka daripada aku, perihku menjadi reda karena ada begitu banyak orang yang menanggung derita lebih perih daripada aku, dan nikmatku begitu manis karena ada begitu banyak orang yang belum seberuntung aku.

Untuk semua ini aku bersyukur, dan bertekad  menjalani sisa usiaku sebaik mungkin. Karena aku tidak pernah tahu, kapan pemilik ruh-ku menghendakiku kembali padaNya. Bisa sebulan lagi, seminggu lagi, sehari lagi, atau bahkan semenit lagi...

---