Rabu, 17 Agustus 2011

Jujur...jalan menuju surga

Tulisan ini adalah cuplikan dari majalah sekolah anakku. Karena isinya bagus dan penting, aku ingin membaginya  pada siapapun yang membaca dan kebetulan mampir kesini.

 Dalam kehidupan sehari-hari setiap dari kita dituntut untuk selalu bersikap jujur dalam segala hal, dari hal-hal yang kecil atau sepele hingga hal yang besar atau berkaitan dengan hajat orang banyak. Sebuah pemandangan yang sangat menyejukkan hati bila kita hidup di tengah-tengah lingkungan yang semua penghuninya menjunjung tinggi kejujuran. Tidak ada lagi rasa khawatir dan curiga.

"Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran itu membawa pada kebajikan, sedangkan kebajikan membawa pada surga..." (HR. Bukhari Muslim)

Sebagai orangtua, ada lima hal yang dapat kita lakukan agar anak-anak memegang teguh kejujuran dimanapun berada, ada atau tidak ada kita.
a. Pembiasaan
   Anak harus terbiasa jujur sejak kecil. Jika tidak demikian maka akan rusak moralnya bahkan menjadi perusak dalam masyarakat. Penting untuk menanamkan pada anak-anak bahwa kita selalu diawasi oleh Allah ( muraqabatullah ), dan mengenalkan dampak buruk yang timbul dari dusta. Perilaku jujur yang dilakukan anak-anak dalam setiap kesempatan dan berbagai perbuatan, akan melahirkan karakter jujur yang kita harapkan. Misalnya, selalu sholat walaupun orangtuanya tidak di rumah, berterus terang jika ulangan dapat nilai jelek lalu berjanji untuk belajar lebih tekun dan fokus. Mulanya terpaksa, selanjutnya terbiasa dan akhirnya tumbuh cinta terhadap sikap dan perbuatan jujur yang dilakukannya.

b. Keteladanan
    Setiap orang tua yang ingin mendidik anaknya untuk bersikap jujur, haruslah menjadi teladan untuk mereka. Kita tidak bisa menuntut anak-anak bersikap jujur, sementara orangtuanya sering berbohong. Seyogyanya, setiap orangtua atau pendidik tidak berdusta pada anak-anaknya dengan alasan agar berhenti menangis, atau memberi iming-iming sesuatu untuk meredakan kemarahannya. Karena itu berarti kita telah membiasakan anak-anak melalui sugesti dan teladan buruk. Selain itu, anak-anak akan kehilangan kepercayaan pada perkataan dan nasehat kita.

c. Perhatian
    Perhatian melalui pendekatan individual harus kita lakukan dalam memahami kebutuhan anak-anak, agar mudah bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran secara proporsional. Saat mereka senang, susah bahkan ketika mereka mendapat masalah kita selalu ada di tengah-tengah nereka.

d. Nasehat
    Kita harus pandai memilih kapan saat yang tepat dalam memberikan nasehat pada anak-anak.Sebuah nasehat yang mampu ditangkap oleh indera, dicerna pikiran dan hati mereka, sehingga dapat memberikan pemahaman yang benar terhadap apa yang kita nasehatkan.

e. Sanksi
    Sanksi yang 'mendidik' harus diberikan secara konsisten bagi yang melanggar kejujuran,agar anak-anak dapat membedakan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak, mana yang salah dan mana yang benar, mana yang baik dan mana yang buruk.    

Kelima hal diatas harus dilakukan secara simultan, dan yang paling penting adalah kesatuan visi antara orangtua dan guru. Jangan sampai di rumah anak sudah dididik dan dibiasakan jujur tapi di sekolah guru-gurunya mentolerir siswanya nyontek agar dapat nilai bagus. Waaah....