Rabu, 16 Januari 2013

Life Begin 40th

...
Ternyata empat puluh tahun itu tidak lama. Aku baru menyadari ketika tahu-tahu aku sudah berdiri di tahun yang berjarak hampir empat puluh kali tigaratus enam puluh lima hari dari hari kelahiranku.

Sampai di titik ini ada banyak hal yang sudah aku lakukan yang mungkin berdampak buruk bagi orang-orang disekelilingku. Mengecewakan bapak-ibuk karena tidak berhasil menjadi anak gadis mereka yang 'manis dan penurut' terutama untuk urusan pendamping hidup, meskipun pada akhirnya mereka mengakui bahwa pilihanku tepat.

Urusan pendamping hidup ini menjadi penting untuk dibahas karena aku harus mempertahankan pilihanku dengan susah payah, bahkan nyaris menyerah. Meyakini bahwa suatu pilihan itu benar dan menjadikannya nyata-nyata benar memaksa aku mempertaruhkan seluruh hidupku, bahkan sampai detik ini.

Di usia yang semakin mendekati garis finish ini aku merasa ujian dan cobaan menjadi berlipat-lipat beratnya. Dalam banyak hal aku semakin rapuh, meskipun di sisi lain aku menemukan kekuatanku yang sebenarnya setelah aku dibenturkan pada kejadian-kejadian buruk.

Apa ini yang dinamakan hidup ? apa benar aku baru akan memulainya sekarang ?

...


to be continue.
@hidup baru, orang baru, dan masalah baru.

Selasa, 25 Desember 2012

Komputernya atau Hapenya ?


Kenapa ya komputernya jadi gini ?? :(










tuh kan...:(






masih kan...:(





tidak puas mencoba, sekarang ganti pakai hape papa...




tambah parah ternyata...




ini yang harus diganti hapenya atau komputernya ??
coba lagi...


Lha..???...tambah parah nih. Yang harus diganti komputernya atau hapenya, Papa ??...:D



Senin, 03 Desember 2012

Mengejar Matahari

...
Pada suatu kesempatan aku terlibat dialog seru dengan seorang pemuka agama yang cukup disegani. Dengan tanpa basa-basi aku mengeluarkan semua pertanyaan yang selama ini mengganjal di hati dan sulit kutemukan jawabannya.

Aku : abah, kenapa ya ada orang yang hidupnya enak padahal perilakunya buruk, sementara orang lain hidupnya susah padahal dia sangat baik? ....rasanya kok hidup ini begitu tidak adil.

Abah : hidup enak itu seperti apa?

Aku : ya, yang banyak duit bah...rumah besar punya, mobil mewah punya, duitnya tidak terhitung...nyaman sekali rasanya.

Abah : lha kalau hidup susah?

Aku : ya, kebalikannya....

Abah : tidak punya rumah megah, tidak punya mobil mewah, dan tidak punya duit?

Aku : ya iyalah...

Abah : kalau perilaku buruk seperti apa?

Aku : ya, yang negatif pokoknya. selalu merugikan orang lain, dan bahkan seringkali merugikan diri sendiri juga.

Abah : kalau seseorang punya rumah megah, mobil mewah, dan duit banyak, tapi perilakunya seringkali merugikan orang lain, apa pendapat orang-orang disekelilingnya tentang dia?

Aku : pasti banyak yang tidak suka, sebal, dan mungkin juga tersingkir dari pergaulan sosial.
--sambil agak merenung-- tapi bah, orang berduit selalu dikerubuti semut..eh, maksud saya selalu dikelilingi banyak orang, ibarat dimana ada gula disitu ada semut...gitu bah..

Abah : yakin?...jadi orang-orang disekitarnya hanya pamrih, tidak tulus. Alangkah sedihnya punya teman palsu seperti itu. Saat kita sedang bergelimang harta, seburuk apapun perilaku kita mereka tetap ada disamping kita. Tapi saat kita jatuh, merekalah orang pertama yang meninggalkan kita. Seperti itu yang kamu sebut hidup enak?

Aku : --tidak bisa ngomong deh, wong kata2 abah bener semua--

Abah : kamu pasti punya definisi lain tentang hidup enak.

Aku : iya sih bah. Menurut saya hidup enak itu adalah tenang  dan tenteram. Ukurannya bukan materi, tapi non materi. Keluarga yang selalu rukun, anak-anak yang sehat, suami yang selalu mengerti dan menerima, tetangga dan teman-teman yang baik...teruuus rumah yang tidak bocor, pekerjaan yang lancar, orang tua dan mertua yang selalu mendoakan...itu semua menurut saya membuat hidup kita menjadi enak, tenang, tenteram...

Abah : bisakah itu semua kamu dapatkan kalau perilakumu buruk?

Aku : --lagi2 tidak bisa menjawab--....mmmm, mungkin bisa bah, tapi kita tidak akan merasa tenang dan tenteram.

Abah : mengapa?

Aku : meskipun seluruh kenikmatan dunia ada di genggaman tangan, tapi kalau hati kita tidak bersih akan sulit melihat semua kenikmatan itu, dan hati yang bersih dimulai dari perilaku yang baik.

Abah : jadi?

Aku : kalau perilaku kita baik, sesederhana apapun kehidupan kita akan terasa enak, tenang, dan tenteram. Begitu pula sebaliknya, semewah apapun kehidupan kita, kalau perilaku kita buruk, hidup kita tidak akan nyaman, tidak tenang, dan jauh dari tenteram.

Abah : ha..ha..ha..

Aku : tapi bah, saya mau hidup saya enak, berkecukupan sekaligus tenang dan tenteram, bisa tidak bah?

Abah : lakukan seperti apa yang selama ini sudah kau lakukan, lalu bersyukur. Sudah, itu saja kuncinya.

...
Abah mengakhiri dialog kami siang itu dengan membiarkan aku merenungkan sendiri semua isi pembicaraan kami tadi. Aku tahu, hidup enak dan perilaku baik adalah dua hal yang harus dikejar dan diupayakan.

Keduanya tidak akan datang sendiri dan tidak bisa diperoleh dengan cuma-cuma. Aku mengibaratkan; usahaku untuk meraih itu semua seperti mengejar matahari. Terasa begitu dekat dan selalu ada, tapi sebenarnya begitu jauh dan sulit.

Semoga Yang Maha Menguatkan selalu melimpahkan energi baru kepadaku dari waktu ke waktu, agar aku selalu mampu berlari mengejar matahari.

---


Rabu, 28 November 2012

I have no idea :(

...
Terlalu banyak kejadian seru beberapa minggu terakhir, tapi...mmmm, sepertinya risih mau nulis-nulis, cerita-cerita soalnya melibatkan banyak sekali kepentingan, menyangkut banyak sekali 'orang penting' dalam lingkaran kehidupanku. Tapi yang namanya tangan tidak bisa diam, gatal kalau tidak menulis :)

[...diiringi suara Citra Scholastika, "galau galau galau"...lagunya kok gak nyambung? biarin! ]

Yang pertama; tentang mbak eli. 
Dhueengg !!!  papa pasti cekikikan kalau baca ini. So secret yo pa ?!
Nanti-nanti kalau urusan yang menyangkut mbak eli ini sudah kelar pasti aku ceritakan gamblang. Sekarang biar saja semua pada penasaran. Sedikit bocoran; kami, trio md-aku-mbak eli sedang menggalang kekuatan untuk menggulingkan rezim yang delapan tahun ini mendzalimi aku sekeluarga. Ih lebay...

Terus ada bude pontianak dan tante surabaya yang ribut-but di bbm. Yang diributkan; mama tutut yang santai beibe menghadapi dua anak gadisnya yang sudah abg. Nah lho... bude, tante, mama bicara sama para abgnya pakai telepati, aliran kebatinan, jadi orang2 ngeliatnya seolah si mama cuek. Coba deh sekali-sekali intip kalau pas mama kasih kuliah ke papa+anak2...:D

Ada juga yangti dan yangkung yang terkaget-kaget dengan pola sangat demokratis di keluarga kami. Anak-anak boleh meminta apapun yang mereka inginkan, seberapapun mahalnya, selama menurut pertimbangan kami itu memang mereka butuhkan, its okay. Tapi mereka  harus melakukan kewajibannya --sekolah dan les-- semaksimal mungkin. Yangti sampai berkali-kali menanyakan apakah aku-md serius akan mengirim anak-anak studi ke luar negeri sesegera mungkin. Yangti gak tega rupanya...hehehe...

Lalu apalagi ya?
O ya, diet histeria...beli alat penghancur lemak di inovation store, beli fat burner buatan cungkok, minum vitamin dari tianshi, wes pokoknya segala cara. Yang paling getol ya si papa, secara overweightnya sudah diatas 20kg dan sudah disemprit pihak asuransi. 

Tentang anak-anak. Arum lagi demam gitarlele, gitar akustik versi mini seperti ukulele. Sekarang ambil kelas gitar supaya bisa genjrang genjreng. Yang serius ya nak latihannya, nanti mama yang jadi vokalisnya deh, biar saja dinda bilang suara mama merdu alias merusak dunia, lha daripada suara papa, hayo...
Dinda kena marah mas diko karena baca partiturnya tidak berkembang. Mama ikut kena sentil, dan kebagian mengawasi dinda latihan minimal 20 menit sehari. Sungguh tantangan yang berat mengingat betapa kerasnya watak si dinda...

...
Ternyata ceritanya banyak juga lho meskipun sudah disingkat sesingkat mungkin. Gitu katanya have no idea...:O

 

Sabtu, 17 November 2012

Akung, Dalam Kenangan

...
Dialog lebay antara Akung dan aku, sehari sebelum akung berpulang karena usianya yang renta dan pneumonia akut, dua tahun yang lalu.

Akung : cucuku mana ?
(menjelang Idul Fitri, semua anak-cucu akung berkumpul karena kondisi akung yang semakin melemah)

semua : lha ini semua kan cucunya...segini banyak...

Akung : bukan... Tutut mana ?
(aku sedang dalam perjalanan bisnis  mendampingi MD, dan tidak tahu kalau akung sakit)

Segera setelah aku pulang, keluarga besar memintaku menengok akung yang saat itu sudah terbaring kritis di sebuah rumah sakit di selatan Sidoarjo.

Akung : Tut, akung mau pakai springbed aja, kasur di sini keras. Belikan yang empuk ya...

Aku     : Ok...terus apalagi ?

Akung  : sarung sama baju kokonya bisa yang warna lain nggak ? akung nggak suka warna kuning..
(aku mengirimkan sepasang sarung+baju koko untuk akung setiap lebaran, baru sekarang di protes...hehehe)

Aku     : maunya yang warna apa ? hijau yang kaya seragam PKB ta ?

Akung  : yo wes sembarang, sarungnya hijau bajunya biru.

Aku     : tapi makainya kapan ? akung masih di sini...makanya cepat sembuh biar bisa cepat pulang.

Akung  : Tut, akung kepingin jalan-jalan...ke tempat yang jauh...

Aku      : ke luar negeri ta ? ke Arab ?
(aku senang ngisengin akung..persis seperti kalau bapak suka ngisengin aku...hehehe)

Akung   : nggak...ke Gua Maharani. Kamu sudah pernah kesana ?

Aku      : ya bolak-balik, kalau ada urusan di Tuban, sekalian mampir. Buuuagus kung...

Akung   : ayo kesana Tut...

Aku      : nunggu akung sembuh ya...kita kesana rombongan pakai bis mini.

Akung   : yang nyopir siapa ?

Aku       : ya sopir bis kung...masa aku...

Akung tertawa terkekeh, lalu perlahan-lahan menyandarkan tubuh ringkihnya ke kasur dan mulai meracau tidak jelas. Itu adalah dialog terakhirku dengan akung. Keesokan harinya akung pergi untuk selamanya, sambil membawa janjiku mengajaknya pergi ke Gua Maharani.

Kemarin, persis di tanggal 1 Muharram, aku dan keluarga, membawa ibuk dan seorang bibi putri bungsu akung, pergi ke Gua Maharani. Melunasi janjiku pada akung. Semoga akung diberi kelapangan di alam barzah, ameen.

---




Selasa, 13 November 2012

Curahan Hati

...
Untuk Theera, sahabatku di masa lalu.
Ti, ada banyak hal yang mesti kita tuntaskan...

...
Aku dan Ti bersahabat secara tidak sengaja. Kami sama-sama duduk di kelas persiapan di sebuah bimbel kecil. Waktu itu aku menggebu ingin masuk SMA favorit, dan mulai mencuri start ikut les pada bulan kedua kelas tiga SMP.

Ti sangat baik dan lembut hati. Aku senang ngobrol dengannya, karena ia selalu tertawa tiap kali aku menceritakan kejadian-kejadian seru di sekolahku.

Matanya yang lebar sebentar-sebentar terbelalak, menatapku dengan antusias. "Seru...seru...terus gimana ?", katanya berulang-ulang.

Suatu kali aku sedang tidak mood. Berangkat les dengan hati dongkol karena kena omelan ibuk. Beliau marah besar ketika menemukan 'surat cinta nyasar' di dalam tas sekolahku.

 Namanya juga nyasar, jadi ya aku tidak tahu menahu darimana asalnya surat cinta hijau muda itu.

Seperti tidak menyadari kalau aku lagi manyun, Ti mencolek bahuku sambil nyengir, "Ada kejadian seru apalagi hari ini ?"

"Mboh !", bentakku.

"Alaaa akting...," Ti tertawa ngikik.

Sepanjang pelajaran sore itu aku tidak bisa konsentrasi. Lalu tanpa permisi aku pindah duduk ke deretan terdepan yang kebetulan kosong, persis di depan whiteboard.

 Ti melongo... Sampai les berakhir aku tidak berkata sepatahpun, tidak pada siapapun, termasuk pada Ti.

Untuk hal sepele tapi menyakitkan Ti itu, aku tidak pernah meminta maaf. Dan sekarang aku sangat menyesal.

...
Kali lain, aku meminta Ti menemaniku membeli minuman dingin di sebuah toko tak jauh dari tempat les.

Ti nampak enggan. Ia bilang sedang sakit perut dan malas berjalan sejauh itu. Setelah tidak mempan merayu, akhirnya aku gelitikin pinggangnya habis-habisan.

Ti menyerah. Ia mengekor di belakangku sambil ngomel. Kalau ingat kejadian itu (lagi-lagi) aku merasa sangat menyesal. Ah Ti...aku juga tidak meminta maaf untuk hal ini ya?

...
Theera pindah ke Nabire pada semester berikutnya. Ayahnya yang seorang misionaris dipindahtugaskan ke sana.

Aku tidak berhasil mendapatkan sahabat pengganti Ti sejak kepergiannya, dan aku menjadi malas berangkat les.

...

"Theera, dimanapun saat ini kau berada, kalau engkau dapat membaca pesanku ini tolong kontak aku secepatnya ya. Aku ingin meminta maaf sekaligus meluruskan kesalahpahaman yang pernah terjadi diantara kita."



---